Selasa, 11 Juni 2019

Ucapan Hari Raya Idul Fitri 2020

Assalaamualaikum warahmatullahi wabarakaatuhu.

Mira sekeluarga mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H. Semoga ibadah kita semua diterima oleh Allah  wa Taala. Saya memohon maaf apabila dari perilaku saya, perkataan saya, sikap saya, maupun pikiran saya telah menyakiti njenengan. Semoga kita bisa lebih ringan tangan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kita demi menjadi hamba Allah yang diridhoi-Nya

Taqabbalallahu minna waminkum.
Ied mubaarak.

Wassalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu.


Sekuat kaki INFANTRI berjalan
setangguh iring-iringan panser KAVALERI
sekokoh benteng ZIPUR berdiri
sekeras dentuman meriam ARMED dan ARHANUD seindah payung PARA RAIDER melayang di langit setajam pisau KOMANDO  setegasnya CPM merazia secermat AJEN mengetik skep pensiun
Seadilnya KEUANGAN pada gajian.

Mari kita melepas MAGAZEN,  kosongkan senjata simpan MUNISI.

Hilangkan DENDAM  dan BENCI diantara kita.

SAya M.HASAN ROYANI DAN sekeluarga mengucapkan SELAMAT HARI RAYA idul FITRI 1440 H , MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN.๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ˜Š


Pinang anum berangkap rangkap..
Pinang tuha berundun rundun..
Lwan yg anum ulun mnta maaf..
Lwan yg tuha ulun mnta ampun..
Minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir batin



‎ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

Taqabbalallaahi minnaa wa minkum taqabbal yaa kariim, wa ja’alanaallaahu wa iyyaakum minal ‘aaidin wal faaiziin.

Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1440 H. Mohon maaf lahir batin.

‎ูˆَุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ
Yuli Fitriyani & keluarga


Assalamualaikum.
Bagi hati yang pernah terluka karena lidah yang tajam.
Bagi hati yang perih karena buruknya laku.
Bagi perasaan yang hancur karena ego.

Tanpa mengurangi rasa hormat, mohon maaf lahir dan batin, minta halal minta ridho.
Selamat Idul Fitri 1440 H.

Khairul Anwar Hafiz & Keluarga


Panasnya solder tak sebanding dengan panas nya hati. Resistor tak bisa  menghambat dengki. Kapasitor tak mampu menyimpan besarnya rasa bersalah. Transformator tak bisa mengubah pemarah menjadi ramah. Rangkaian filter tak mampu menyaring khilaf kata dalam ucapan. Walaupun LED bercahaya namun tak bisa menerangi gelapnya kalbu. Ulun perkeras suara hati dengan amplifier lalu Ulun lantunkan rintihan maaf. Selamat hari raya 1440 H, idul Fitri mohon maaf lahir dan batin bapak ibu saudara semuaan๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป by ``` Agus sekeluarga

ALLAAHU akbar (3x), Laa ilaaha illaLLAAH HuwaLLAAHU Akbar, ALLAHU Akbar, wa liLLAAHIL Hamd. Mudah2an segala 'amal dan ibadah Ibu/Bapak semua selama Romadhon diterima ALLAAH SWT dan semoga kita dipertemukan kembali dengan bulan Romadhon 1441 H Tahun depan. Aaamiin Yaa Robbal 'Alamiin ๐Ÿคฒ๐Ÿป๐Ÿคฒ๐Ÿป๐Ÿคฒ๐Ÿป

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1440 H. TaqobbalaLLAAHU minnaa wa minkum, shiyamanaa wa shiyamakum, minal 'aidin wal faidzin, mohon dibukakan maaf lahir dan batin, selama bergaul ada perilaku dan tutur kata ulun yang masih kurang berkenan di hati. Terima kasih {{{ M. Rizqan sekeluarga }}} ๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป

 Tiga puluh hari sudah
 menahan LAPAR
 menahan DAHAGA
 menahan AMARAH
 menahan HAWA NAFSU
dan MEMPERBANYAK IBADAH
Jangan keruhkan hatimu....jangan mendungkan jiwamu
Jangan nodai Kalbumu hiasi dengan Iman.....
Memaafkan tidak akan membuat kita hina, meminta maaf tidak meruntuhkan harga diri, saling memaafkan membuat kita mulia.

Sucikan hati dihari nan fitri bersama meraih kemenangn sejati 

"TAQABBALALLAHU MINNA WA MINKUM"


Satukan tangan dan teguhkan hati
Di hari penuh kemenangan sejati ini untuk saling
 Memaafkan dengan mengikhlas diri.

"Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H."

MOHON MAAF LAHIR BATHIN

_•°0๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™°•_


Ibu bapak rekan2  sekalian, ulun atas nama pribadi dan keluarga memohon maaf lahir batin dan ampunan atas segala bentuk kesalahan yg disengaja ataupun yg tidak disengaja, baik perkataan ataupun pembawaan sikap.
Semoga kita semua  memperoleh ridho dari Allah SWT dan termasuk  kedalam golongan yg menghuni surgaNYA. Amin YRA
Selamat merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1440 H. ๐Ÿ™


kunci: Islami

PASSPORT

PASSPORT
by Rhenald Kasali

Setiap saat mulai perkuliahan, saya selalu bertanya kepada mahasiswa berapa orang yang sudah memiliki pasport. Tidak mengherankan, ternyata hanya sekitar 5% yang mengangkat tangan. Ketika ditanya berapa yang sudah pernah naik pesawat, jawabannya melonjak tajam. Hampir 90% mahasiswa saya sudah pernah melihat awan dari atas. Ini berarti mayoritas anak-anak kita hanyalah pelancong lokal.

Maka, berbeda dengan kebanyakan dosen yang memberi tugas kertas berupa PR dan paper, di kelas-kelas yang saya asuh saya memulainya dengan memberi tugas mengurus pasport. Setiap mahasiswa harus memiliki “surat ijin memasuki dunia global.”. Tanpa pasport manusia akan kesepian, cupet, terkurung dalam kesempitan, menjadi pemimpin yang steril. Dua minggu kemudian, mahasiswa sudah bisa berbangga karena punya pasport.

Setelah itu mereka bertanya lagi, untuk apa pasport ini? Saya katakan, pergilah keluar negeri yang tak berbahasa Melayu. Tidak boleh ke Malaysia, Singapura, Timor Leste atau Brunei Darussalam. Pergilah sejauh yang mampu dan bisa dijangkau.

“Uang untuk beli tiketnya bagaimana, pak?”

Saya katakan saya tidak tahu. Dalam hidup ini, setahu saya hanya orang bodohlah yang selalu memulai pertanyaan hidup, apalagi memulai misi kehidupan dan tujuannya dari uang. Dan begitu seorang pemula bertanya uangnya dari mana, maka ia akan terbelenggu oleh constraint. Dan hampir pasti jawabannya hanyalah tidak ada uang, tidak bisa, dan tidak mungkin.

Pertanyaan seperti itu tak hanya ada di kepala mahasiswa, melainkan juga para dosen steril yang kurang jalan-jalan. Bagi mereka yang tak pernah melihat dunia, luar negeri terasa jauh, mahal, mewah, menembus batas kewajaran dan buang-buang uang. Maka tak heran banyak dosen yang takut sekolah ke luar negeri sehingga memilih kuliah di almamaternya sendiri. Padahal dunia yang terbuka bisa membukakan sejuta kesempatan untuk maju. Anda bisa mendapatkan sesuatu yang yang terbayangkan, pengetahuan, teknologi, kedewasaan, dan wisdom.

Namun beruntunglah, pertanyaan seperti itu tak pernah ada di kepala para pelancong, dan diantaranya adalah mahasiswa yang dikenal sebagai kelompok backpackers. Mereka adalah pemburu tiket dan penginapan super murah, menggendong ransel butut dan bersandal jepit, yang kalau kehabisan uang bekerja di warung sebagai pencuci piring. Perilaku melancong mereka sebenarnya tak ada bedanya dengan remaja-remaja Minang, Banjar, atau Bugis, yang merantau ke Pulau Jawa berbekal seadanya.Ini berarti tak banyak orang yang paham bahwa bepergian keluar negeri sudah tak semenyeramkan, sejauh, bahkan semewah di masa lalu.

Seorang mahasiswa asal daerah yang saya dorong pergi jauh, sekarang malah rajin bepergian. Ia bergabung ke dalam kelompok PKI (Pedagang Kaki Lima Internasional) yang tugasnya memetakan pameran-pameran besar yang dikoordinasi pemerintah. Disana mereka membuka lapak, mengambil resiko, menjajakan aneka barang kerajinan, dan pulangnya mereka jalan-jalan, ikut kursus, dan membawa dolar. Saat diwisuda, ia menghampiri saya dengan menunjukkan pasportnya yang tertera stempel imigrasi dari 35 negara. Selain kaya teori, matanya tajam mengendus peluang dan rasa percaya tinggi. Saat teman-temannya yang lulus cum-laude masih mencari kerja, ia sudah menjadi eksekutif di sebuah perusahaan besar di luar negeri.

The Next Convergence

Dalam bukunya yang berjudul The Next Convergence, penerima hadiah Nobel ekonomi Michael Spence mengatakan, dunia tengah memasuki Abad Ke tiga dari Revolusi Industri. dan sejak tahun 1950, rata-rata pendapatan penduduk dunia telah meningkat dua puluh kali lipat. Maka kendati penduduk miskin masih banyak, adalah hal yang biasa kalau kita menemukan perempuan miskin-lulusan SD dari sebuah dusun di Madura bolak-balik Surabaya-Hongkong.

Tetapi kita juga biasa menemukan mahasiswa yang hanya sibuk demo dan tak pernah keluar negeri sekalipun. Jangankan ke luar negeri, tahu harga tiket pesawat saja tidak, apalagi memiliki pasport. Maka bagi saya, penting bagi para pendidik untuk membawa anak-anak didiknya melihat dunia. Berbekal lima ratus ribu rupiah, anak-anak SD dari Pontianak dapat diajak menumpang bis melewati perbatasan Entekong memasuki Kuching. Dalam jarak tempuh sembilan jam mereka sudah mendapatkan pelajaran PPKN yang sangat penting, yaitu pupusnya kebangsaan karena kita kurang urus daerah perbatasan. Rumah-rumah kumuh, jalan berlubang, pedagang kecil yang tak diurus Pemda, dan infrastruktur yang buruk ada di bagian sini. Sedangkan hal sebaliknya ada di sisi seberang.

Anak-anak yang melihat dunia akan terbuka matanya dan memakai nuraninya saat memimpin bangsa di masa depan. Di universitas Indonesia, setiap mahasiswa saya diwajibkan memiliki pasport dan melihat minimal satu negara.

Dulu saya sendiri yang menjadi gembala sekaligus guidenya. Kami menembus Chiangmay dan menyaksikan penduduk miskin di Thailand dan Vietnam bertarung melawan arus globalisasi. Namun belakangan saya berubah pikiran, kalau diantar oleh dosennya, kapan memiliki keberanian dan inisiatif? Maka perjalanan penuh pertanyaan pun mereka jalani. Saat anak-anak Indonesia ketakutan tak bisa berbahasa Inggris, anak-anak Korea dan Jepang yang huruf tulisannya jauh lebih rumit dan pronounciation-nya sulit dimengerti menjelajahi dunia tanpa rasa takut.

Uniknya, anak-anak didik saya yang sudah punyapasport itu 99% akhirnya dapat pergi keluar negeri. Sekali lagi, jangan tanya darimana uangnya. Mereka memutar otak untuk mendapatkan tiket, menabung, mencari losmen-losmen murah, menghubungi sponsor dan mengedarkan kotak sumbangan. Tentu saja, kalau kurang sedikit ya ditomboki dosennya sendiri.

Namun harap dimaklumi, anak-anak didik saya yang wajahnya ndeso sekalipun kini dipasportnya tertera satu dua cap imigrasi luar negeri. Apakah mereka anak-anak orang kaya yang orangtuanya mampu membelikan mereka tiket? Tentu tidak. Di UI, sebagian mahasiswa kami adalah anak PNS, bahkan tidak jarang mereka anak petani dan nelayan. Tetapi mereka tak mau kalah dengan TKW yang meski tak sepandai mereka, kini sudah pandai berbahasa asing.

Anak-anak yang ditugaskan ke luar negeri secara mandiri ternyata memiliki daya inovasi dan inisiatif yang tumbuh. Rasa percaya diri mereka bangkit. Sekembalinya dari luar negeri mereka membawa segudang pengalaman, cerita, gambar dan foto yang ternyata sangat membentuk visi mereka.

Saya pikir ada baiknya para guru mulai membiasakan anak didiknya memiliki pasport. Pasport adalah tiket untuk melihat dunia, dan berawal dari pasport pulalah seorang santri dari Jawa Timur menjadi pengusaha di luar negeri. Di Italy saya bertemu Dewi Francesca, perempuan asal Bali yang memiliki kafe yang indah di Rocca di Papa. Dan karena pasport pulalah, Yohannes Surya mendapat bea siswa di Amerika Serikat. Ayo, jangan kalah dengan Gayus Tambunan atau Nazaruddin yang baru punya pasport dari uang negara.

Meneruskan tulisan inspirasi kebaikan salah satu Prof kebanggaan ๐Ÿ‡ฒ๐Ÿ‡จ
Prof *@⁨Rhenald Kasali⁩ *
Guru Besar Universitas Indonesia๐Ÿค๐Ÿ™
kunci: Birokrasi

"PESAN INDAH MBAH MAIMUN"